Terus terang post rock bukan genre yang sering saya dengar, tapi group post rock dari Jepang ini sangat menyolok dan menarik perhatian saya. Toe Didirikan di Tokyo pada tahun 2000 oleh 4 sekawan: Kashikura Takashi (drums), Mino Takaaki (guitar), Yamane Satoshi (bass guitar), dan Yamazaki Hirokazu (guitar). Group ini hingga sekarang telah merilis 3 album studio yang semuanya bermutu tinggi dan sangat menarik.
Album yang akan kita dengarkan ini adalah album terakhir Toe yang berjudul Hear You dan dirilis tahun 2015. Berisi 11 lagu yang enak sekali didengar disore hari yang hujan, hehehe. Permainan gitar akustik Mino dan Yamazaki sangat pas mengiringi vokal dan juga bermain solo. Permainan drum Kashikura sangat progressive dan selalu jadi elemen unik yang mengisi melodi dan rhythm yang walau terkadang terasa berlebihan tapi sangat kuat dan punya pesona tersendiri yang tak terhindarkan. Apalagi bass dari Yamane juga mengawal dengan cukup baik.
Berbeda dengan group post rock pada umumnya yang bermain dengan tekstur musik yang tebal dan mengambang, post rock ala Toe ini indah dan sekali lagi segar. Dibanding album sebelumnya, pada album ini Toe sedikit lebih tenang dan tidak seribut biasanya. Banyak elemen baru yang dimasukkan, seperti vokal Chara yang indah dan sangat japanese, vokal ala rap dari S.L.A.C.K, teriakan cheerleader,atau tabuhan tabla Hironori Uzawa yang terasa memperkaya musik mereka. Tampak bahwa musik mereka semakin dalam dan berbobot walau ada kecenderungan ekletik yang kuat. Seorang kawan malah berkata bahwa seperti mengunyah bubblegum yang manis dengan banyak rasa, aah........
HEAR YOU
Toe
Studio Album, released in 2015
Songs / Tracks Listing
1. Premonition (Beginning of A Desert of Human) (2:05)
Tidak terasa sudah 2 minggu lebih rupanya saya tidak menulis blog ini. Untuk itu tentu saya mohon maaf sebesar-besarnya. Bukan karena saya benci atau mulai menjadi bosan. Hehe tidak sama sekali. Sebenarnya selama 2 minggu saya cuti karena melakukan suatu kegiatan pribadi yang tak perlu saya ceritakan. Yang jelas saya pergi menyendiri, melakukan ritual untuk ber-introspeksi dan berusaha menemukan kembali diri saya yang sejati. ....... Hahahahaha, tentu anda akan bosan membacanya. Tapi biarlah, yang penting saya sudah kembali pada pekerjaan kurator museum prog yang sangat kucintai ini.
Singkat kata, pencarian symphonic prog pada era tahun 80an telah membawa saya pada Asturcon. sebuah group symphonic prog dari sebuah kota bernama Gijon di Asturia, Spanyol. Asturcon sebenarnya adalah nama sebuah perlombaan balapan kuda yang cukup terkenal didaerah tersebut. Tidaklah mengherankan bila lambang album ini adalah gambar seekor kuda yang mungkin juga merupakan gambaran satu ras kuda pony yang juga berasal dari Asturia.
Group ini dimotori oleh Victor Carrizo yang bernyanyi dan memainkan flute serta bagpipe yang membuat album ini unik. Hehe betul, anda akan menemukan suara bagpipe ala Mike Oldfield yang merdu dan indah sekali. Vokal yang dinyanyikan Victor tidaklah dominan sehingga album ini bisa dinikmati dengan baik walau saya tidak mengerti bahasa spanyol. Gitar dimainkan oleh Paulino Solana dengan gaya spanyol yang kental. Keyboard dimainkan oleh Jose Mingla dengan sangat baik dan tidaklah kalah mempesona dibantu Juan Carlos Martinez pada bass.
Album satu-satunya Asturcon yang dirilis tahun 1981 ini hanya terdiri dari 6 lagu, dengan sebuah lagu epik Mayu yang berdurasi lebih dari 12 menit. Lagu-lagu lainnya lebih pendek tapi tetap bernafaskan symphonic prog dengan gaya andalusia yang juga unik dan keren. Bravo.....
ASTURCÓN
Asturcon
Studio Album, released in 1981
Songs / Tracks Listing
1. Mayu (12:44)
2. Xareu En La 214 (4:13)
3. El Ventolín (4:03)
4. El Galope Del Asturcón (8:02)
5. Añada Pa Lo Mio Aidina (3:00)
6. La Coralina (4:04)
Total time 36:06
Line-up / Musicians
- Paulino Solana / electric & acoustic guitars
- José Carlos "Mingla" / keyboards
- Juan Carlos Martinez / bass
- Victor "Viti" Carrizo / drums, flute, bagpipe, vocals, arrangements
Tidak dapat dipungkiri bahwa The Beatles adalah group band yang paling berpengaruh pada perubahan dunia musik modern. Pengaruhnya masih terasa hingga sekarang. paling tidak menurut saya, hehehe.... Dan juga meluas hingga semua genre musik termasuk prog rock.
Album Let It Be yang dirilis oleh The Beatles pada tahun 1970 adalah album terakhir The Beatles sebelum pecah. Konon album ini pun direkam dalam keadaan Beatles tengah galau dan serba tak menentu. Hubungan antar personal group ini dalam keadaan terburuk menjelang perpecahan. Setelah direkam dalam berbagai kesempatan, dikabarkan bahwa album ini diserahkan John Lennon, Ringgo Starr dan George Harrison pada Phil Spector untuk dipoles terakhir sebelum rilis, tanpa sepersetujuan Paul Mc Cartney. Phil Spector rupanya sangat inovatif saat menyelesaikan album ini, ia menambahkan orkestrasi dan choral yang sangat dibenci oleh Paul, bahkan menjadi salah satu alasan ia memisahkan diri dari The Beatles....
Rupanya cerita ini tidak berhenti sampai disitu. Pada tahun 2003, Paul McCartney berinisiatif untuk meremix ulang album ini tanpa overdubs Spector, seperti yang akan kita dengar sekarang. Mungkin ini yang dimaksud dengan Let It Be ....Naked. Artinya Let It Be tanpa tambahan orchestrasi dan choral yang menurut Paul tak perlu. Tapi bukan hanya overdubs yang hilang. Ada dua lagu yang juga dihilangkan dari album aslinya yaitu Dig It dan Maggie Mae, dan sebagai gantinya The Beatles malah menambahkan lagu bagus Don't Let Me Down.
Ada banyak lagu bagus disini, The Long and Winding Road misalnya. Sangat kontemplatif dan selalu membuat saya teringat pada masa remaja dulu. Waktu malam minggu pendekatan ke rumah calon pacar sambil harap-harap cemas, apakah kali ini pintunya terbuka untukku? hahahahaha .........
Terus terang saya lebih suka versi orkestrasi Spector yang lebih agung dan terasa sunyi. Versi Paul terasa lebih riang walau tetap punya ruh yang sama. Banyak lagu dalam album ini yang dinyanyikan seperti rapalan dan mantera-mantera. I Me Mine yang ditulis George misalnya. Atau lagu kesayangan saya Across The Universe yang menceritakan perasaan John setelah mengelami pencerahan. Let It Be juga sangat klasik dan tak tergantikan. Jelas sekali Paul ingin mengajarkan kita tentang seni melepaskan dan merelakan semua yang memang harus terjadi. Aaah.. mungkin Paul menginginkan perpisahan yang lebih baik, lebih jujur dan apa adanya tanpa dibumbui hal-hal sepele yang tak perlu.......
LET IT BE - NAKED
The Beatles
Studio Album, released in 2003
Songs / Tracks Listing
Disc 1 (34:59)
1. Get Back (2:34)
2. Dig A Pony (3:38)
3. For You Blue (2:27)
4. The Long And Winding Road (3:34)
5. Two Of Us (3:20)
6. I've Got A Feeling (3:30)
7. One After 909 (2:44)
8. Don't Let Me Down (3:18)
9. I Me Mine (2:21)
10. Across The Universe (3:38)
11. Let It Be (3:55)
Disc 2 - Fly On The Wall - Song excerpts and Dialogues (21:55)
- Sun King - 0:12-0:31
- Don't Let Me Down - 0:32-1:05
- One After 909- 1:30-1:38
- Because I Know You Love Me So - 2:42-4:15
- Don't Pass Me By - 5:03-5:06
- Taking a Trip to Carolina - 5:32-5:52
- John's Piano Piece - 5:53-6:13
- Child of Nature - 6:29-6:53
- Back in the U.S.S.R. - 6:54-7:06
- Every Little Thing - 7:20-7:30
- Don't Let Me Down - 7:31-7:51/8:00-8:31
- All Things Must Pass - 9:00-9:38
- John's Jam - 10:07-10:26
- She Came In Through the Bathroom Window - 10:58-11:03
- Paul's Bass Jam - 11:16-11:30
- Paul's Piano Piece - 12:59-13:59
- Get Back - 16:01-16:15
- Two of Us - 17:03-17:24
- Maggie Mae - 17:25-17:47
- Fancy My Chances with You - 17:48-18:15
- Can You Dig It- - 18:39-19:10
- Get Back - 19:35-20:08
Total time 56:54
Line-up / Musicians
- George Harrison / acoustic (3,9), lead & rhythm guitars, tambura (10), lead (3,9) & backing vocals
- John Lennon / lead (1), lap steel (3), acoustic (5,10) & rhythm guitars, 6-string bass (4,11), whistling (5), lead (2,5-7,10) & backing vocals
- Paul McCartney / bass, acoustic guitar (5), piano (3,4,10,11), Hammond & electric piano (9), maracas (11), lead (1,4-7) & backing vocals
- Ringo Starr / drums, percussion (10)
With:
- George Martin / string & brass arrangements (11), original production
- Billy Preston / Hammond organ (11), electric piano (1,2,4,6,7)
- Richard Hewson / string & brass arrangements (4,9)
- Brian Rogers / string & brass arrangements (10)
- John Barham / choral arrangements (4,9,10)
Releases information
Disc 1 contains a remixed and remastered version of their 1970 album "Let It Be" without Spector's overdubs and without the incidental studio chatter and also omits "Dig It" and "Maggie Mae", replacing them with "Don't Let Me Down"
Disc 2 includes recordings of song excerpts and the band chit-chatting (removed dialogue that had appeared on the original album) the whole captured during the Get Back Sessions, a unique insight into the Beatles at work in rehearsal and in the studio during January 1969.
Artwork:
Wherefore Art? with Ethan Russell (photo)
2xLP Apple Records - 07243 595438 0 2 (2003, Europe) Remixed by Allan Rouse, Guy Massey & Paul Hicks and remastered by Steve Rooke
2xCD Apple Records - 07243 595713 2 4 (2003, Europe)
Ya.... memang album pertama group symphonic prog asal Italy: Phoenix Again ini dirlis pada tahun 2011, tapi materi album ini sebenarnya disusun pada era 80an, tepat pada era yang kita bahas sebelumnya. Phoenix Again sebenarnya didirikan pada tahun 1981 oleh 3 Lorandi bersaudara, yaitu Claudio Lorandi yang memainkan gitar dan juga seorang vokalis, Sergio Lorandi yang memainkan gitas dan flute serta Antonio Lorandi yang memainkan bass. Bersama teman-teman lainnya seperti Silvano Silva, mereka memainkan dan menulis beberapa lagu prog yang sayangnya tidak pernah dirilis secara resmi ke publik, hingga tahun 2011 saat Claudio meninggal.
Album ThreeFour ini tidak pelak lagi merupakan album kompilasi penghormatan Phoenix Again untuk Claudio ynag juga merupakan dokumentasi karya mereka pada era tahun 80an, walaupun direkam pada tahun 2011. Konon permainan gitar dan vokal almarhum Claudio diambil dari archive rekaman studio puluhan tahun sebelumnya, saat mereka masih bersama.
Tapi ini album yang bagus kok. Kita bisa memaklumi tidak ada konsep yang utuh pada album ini karena merupakan album kompilasi. Genre yang dimainkan juga sangat beragam, beberapa lagu malah terasa lebih fusion dan jazzy daripada nomor-nomor utama yang sangat symphonic prog. Beberapa lagu sangat indah, sedikit sekali berbumbu vokal dan lirik. Lebih banyak didominasi permainan gitar Claudio yang cantik dan juga flute Sergio.
Album pertama dari masa lalu ini justru membuka pintu Phoenix Again untuk membuka masa depan hingga melahirkan 2 album dahsyat yang dilis berikutnya: Look Out (2014) dan Unexplored (2017). Sesuai sekali dengan namanya Phoenix, burung yang lahir dari kematian untuk menjadi yang lebih baik..........
THREEFOUR
Phoenix Again
Studio Album, released in 2011
Songs / Tracks Listing
1. Agli Amici Scomparsi (7:25)
2. Eppur Si Muove (5:57)
3. Spring (6:31)
4. Lindberg (6:24)
5. Cianuro Puro (5:29)
6. I Bambini Nascono Per Vivere Felici (9:07)
7. What Can I Do? (2:20)
8. Autumn (2:34)
9. Quiete Sulla Luna... (7;50)
10. Aquarius Time (9:57)
11. Free Ireland (5:38)
12. The Phoenix Flies Again (2:42)
Total Time 71:54
Line-up / Musicians
- Claudio Lorandi / acoustic & electric guitars, vocals
Kebetulan saat pulang kemarin saya satu pesawat dengan tim sepakbola yang kalah main sepakbola pada suatu liga. Di ruang tunggu bandara, saat menunggu boarding saya perhatikan mood mereka sangat murung. Tak ada yang ceria atau mengobrol sesamanya seperti lazimnya kumpulan anak-anak muda. Mereka cenderung menyendiri, ada yang minum kopi atau mendengarkan musim melalui headphone sendiri-sendiri. Beberapa ada yang membeli oleh-oleh seadanya, melayani foto selfie dengan penumpang lain asal-asalan saja. Tak ada tawa, apalagi bahagia
Saya tidak pernah berpikir bahwa ada olahraga yang tidak membuatmu bahagia? Bukankah tujuan dari olahraga adalah membuat badan kita sehat dan segar, termasuk jiwa yang senang dan bahagia. Jadi kalau olahraga malah merusak jiwamu hingga sedih buat apa?
Hehehe ..... rupanya sepakbola pada jaman now ini sudah bukan olahraga. Tapi industri hiburan dengan berbagai aspek eknomi dan bisnis. Pemain sepakbola seperti juga pelaku industri hiburan lainnya adalah pesohor yang menyihir kita lewat layar kaca dan media sosial. Mereka jatuh bangun membangun imaji. Semua demi kesenangan kita dan uang yang tentu kita belanjakan atas nama olahraga bahkan kesehatan. Aah ...... sekali lagi terbukti uang selalu jadi.motivator penggerak walau tak selalu positif.
Aku teringat sebuah lagu berjudul Match Of the Day dari Genesis yang menceritakan dunia sepakbola di inggris tahun 80an. Lagu ini konon ditulis untuk album Wind and Wuthering tapi tak jadi dimasukkan karena dianggap kurang berkualitas, Hingga akhirnya lagu ini dirilis dalam bentuk EP berjudul Spot The Pigeon pada tahun 1977, bersama 2 lagu lain yang juga tersisa dari Wind And Wuthering: Spot The Pigeon danlagu bagus tentang seorang narapidana: In And Out.
Lagu Match Of The Day rasanya enak didengar hingga sekarang. Mungkin memang tidak prog, tapi sangat manis dan mencerminkan sisi lain Genesis yang akan dominan pada tahun-tahun berikutnya. Masih ada Steve Hackett disini dengan petikan gitar yang enak, tapi Phil Collins mulai terlbat dalam penulisan lagu, sehingga terasa lebih nge-pop dan manis. Tema nya tentang hiruk pikuk dunia sepakbola profesional memang selalu relevan, bahkan hingga sekarang....
SPOT THE PIGEON
Genesis
EPs, released in 1977
Songs / Tracks Listing
1. Match Of The Day (3:23)
2. Pigeons (3:13)
3. Inside And Out (6:44)
Total Time: 13:22
Line-up / Musicians
- Steve Hackett / electric guitar, 12-string guitar, 6-string guitar
- Tony Banks / organ, mellotron, piano, electric piano, 12-string guitar, voices
- Phil Collins / drums, voices, assorted percussion
Only the limited edition picture sleeve featured the E.P. title 'Spot The Pigeon'. Most copies were distributed in a plain white paper sleeve and only the A & B side titles are mentioned on the actual vinyl single.
Aku tak pernah menyangka bahwa persembunyian symphonic prog yang meredup pada era 80an salah satunya adalah di Turki. Hehehehe... negeri indah dengan sejarah panjang kulturisasi kebudayaan asia, eropa dan timur tengah ini ternyata juga menyimpan sejarah symphonic prog yang tak bisa dianggap sepele. Ceritanya pada tahun 1980, sebuah kuartet yang terdiri dari 3 progger turki dan 1 asal perancis merilis album bagus yang dianggap puncak karir mereka: Between Flesh And Divine. Group yang menamakan dirinya sebagai Asia Minor, sesuai lokasi mereka. Album ini sebenarmya adalah album kedua setelah album pertama mereka: Crossing The Line yang dirilis tahun 1979.
Album Between Flesh And Divine ini sangat progressive. Terdiri dari 6 lagu yang sangat baik bergaya Camel dengan sentuhan warna Genesis dan juga Yes tahun 70an. Ada juga warna musik asia tapi terasa lebih gelap dan misterius. Nama Asia Minor memang dipilih karena ingin memperlihatkan ciri musik mediteranean yang mereka adopsi juga. Hanya sebagian saja dari 6 lagu ini yang berisi lirik berbahasa Inggris, dinyanyikan Setrak Bakirel dengan aksen Turkish. Vokal nya tidak dominan hingga tertutup oleh banyak melodi indah yang dihasilkan oleh gitar Eril Tekeli yang juga memainkan flute dan keyboard progger perancis Robert Kempler.
Wow luar biasa deh. Seorang teman mengatakan bahwa bila mendengar album ini, kita seakan mendengar symphonic prog 70an dan lupa bahwa album ini berasal dari tahun 80an. Hanya saja sayangnya ini juga album terakhir mereka. Mereka menghilang tanpa jejak mereka setelah album ini sehingga saya belum bisa menyimpulkan bahwa symphonic prog bisa survive di era 80an..... duhhhh....
BETWEEN FLESH AND DIVINE
Asia Minor
Studio Album, released in 1980
Songs / Tracks Listing
1. Nightwind (6:23)
2. Northern Lights (7:45)
3. Boundless (3:00)
4. Dedicace (6:11)
5. Lost In A Dream Yell (7:42)
6. Dreadful Memories (3:00)
Total Time: 34:01
Line-up / Musicians
- Setrak Bakirel / lead vocals, guitars, bass
- Eril Tekeli / guitars, flute
- Robert Kempler / keyboards, bass
- Lionel Beltrami / drums, percussion
Releases information
Artwork: Setrak Bakirel
LP W.A.M. - WAM 101 (1980, France)
LP Rainbow 45 Records - R45R 0011-1 (2016, Turkey) Remastered by Andreas Kauffelt
CD Musea - FGBG 4035.AR (1991, France)
CD Belle Antique - BELLE 091518 (2009, Japan) Remastered by Tohru Ohta